Haloooo, gue balik lagi. Dan gue strong jasa ngebut bikin ini fic nista karena deadline sampe jam 11.59 pm /halah yoi, gue bikin ini fic untuk menyambut ultahnya si Messoy yang jatuh di hari ini, 24 Juni, dua hari setelah gue /dih ciiiih, dia Cancer juga ternyata, ngapain sih lo nyama-nyamain gue? -___- /heh /adajugaelutan dan gue juga nggak percaya kok gue bikin fic buat dia, padahal gue kan gasuka dia -__- yasudahlah, fic ini didedikasikan untuk mas Messoy, selamat yeee mas atas bertambahnya usia dirimu ke 25, terus buat si Meutia yang tadi minta CrisLeo, ini udah yee. Dan akhiri basa-basi, lets cekidot!
Hoping You
Disclaimer :
La Liga © BBVA /masih sotoy/
Hoping You © Me
Character(s) : Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Ricardo Kaka, David Villa.
Warning : masih kayak yang sebelumnya, nista, typo(s), ancur, abal, dkk. OOC abis. Awas bahaya jantung mengintai Anda! CrisLeo slight Criska & Messilla (tapi lebih kebanyakan slightnya :P /bletak)
Kali ini full bromance. Full bromance. Terkesan yaoi? Lanjutkan! /heh Alhamdulillaaah!~ XDDD /plak
Ohya. Villa itu semenya Messi kan? Apa dia ukenya? Gue nggak tau yang mana, soalnya nama pairnya kan Messilla, yang ngasih nama orang Barat. Sedangkan orang Barat itu kalo ngasih nama bromance seenak dengernya aja, bukan berdasarkan posisi gitu /halah dan karena gue nggak tau, jadi disini gue mau bikin VillaMessi. Sepengamatan gue sih muka Villa lebih nyeme daripada Messi sih, that’s it /ngok /dihajar
.
.
.
Hoping You
Happy Reading :)
.
.
.
Pagi yang cerah. Sinar matahari Spanyol masuk melalui celah-celah ventilasi, menyilaukan mata seorang Cristiano Ronaldo yang masih terpejam. Pemuda Portugal itu perlahan-lahan membuka matanya, lalu mengerjap-ngerjap, menyadarkan dirinya dari dunia mimpi.
“Sudah pagi rupanya,” gumamnya sambil menggeliat di kasurnya. Cristiano menyibak selimutnya lalu beranjak menuju meja di seberang kasurnya. Mengambil iPhone-nya dan mengeceknya. Oh, ada satu sms masuk.
.
From : My Beloved 8
Pagi Cris, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyakkah? Apa kau mimpi indah? Kuharap iya, ahaha.
Kau tidak lupa dengan janji kita pagi ini kan? Kutunggu kau jam 9 nanti. Kau tahu, aku tidak sabar untuk itu! Jadi, jangan telat, ya! :D
Ti amo~
.
Cristiano tersenyum membaca sms dari orang yang dicintainya, kemudian menggerakkan jari-jarinya untuk mengetik balasan.
.
To : My Beloved 8
Pagi Kaka, tidurku sangat nyenyak semalam dan mimpiku indah karena ada dirimu disana. Bagaimana denganmu? Aku mampir kan ke mimpimu? Hahaha :p
Aduuuh, aku hampir saja lupa kalau hari ini aku ada janji denganmu! :p Maaf ya, hari ini aku akan menjemputmu lebih cepat karena kau bilang kau tidak sabar untuk itu dan aku juga! Jadi, bersiaplah dari sekarang, oke? Kita bersenang-senang hari ini! :D
Ti amo~
.
Cristiano tidak bisa menahan cengirannya saat membalas sms Kaka. Setelah mengirim sms, Cristiano meletakkan kembali iPhone-nya di meja dan membereskan kasurnya. Saat membereskan kasur, pandangannya tertuju pada kalender yang tergantung di dinding kamarnya.
Minggu, 24 Juni 2012.
Masih dengan senyumnya yang menghiasi wajahnya, Cristiano mempercepat geraknya membereskan kasur. Ini adalah hari yang sangat spesial untuknya dan ia sudah menunggu sekian lama. Ia harus tampil menarik hari ini, dan ia tahu itu.
‘Baiklah, kuharap hari ini akan berjalan sesuai dengan harapanku.’
~~X~~
Lionel Messi masih berada di alam mimpinya kalau saja dering telepon dari Android-nya tidak mengacaukan tidurnya. Meraba-raba meja, Leo mencari Android-nya, kemudian mengangkatnya.
“Ya, halo, ini aku,” ucapnya dengan suara yang masih mengantuk.
“Leooo, kau mau tidur sampai jam berapa? Kau tidak lupa dengan janji kita kan?” suara di seberang sana terdengar riang dan dihiasi tawa renyah.
Sontak Leo membuka matanya lebar-lebar. Astaga, bagaimana bisa ia lupa dengan janjinya? Oh Tuhan, ia harus bergerak cepat untuk membereskan dirinya yang sangat berantakan ini.
“Ah, maafkan aku Villa, aku sangat mengantuk karena aku bermain PS semalaman, tapi sekarang aku sudah bangun dan aku mau mandi. Jam berapa kau akan menjemputku?” cecarnya.
Villa hanya tertawa, “Yah, kau bilang saja kalau kau sudah siap, lalu aku akan menjemputmu. Dan apakah aku adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu? Selamat ulang tahun Leo-ku sayang, semoga kau selalu sehat dan panjang umur. Aku mendoakan segala yang terbaik untukmu, dan aku berharap kau makin sayang padaku karena aku sangat menyayangimu,” ucapnya panjang lebar. Lagi-lagi Leo terkejut dibuatnya. Wajahnya merona.
“Ah, aku... ya, kau orang pertama yang mengucapkan itu padaku. Terima kasih Villa, aku sangat menyayangimu,” kata Leo lembut. Villa mengangguk, walau ia tahu Leo tidak mungkin bisa melihatnya.
“Sama-sama, Leo. Sebaiknya kau cepat mandi, karena aku sedang bersiap-siap menuju rumahmu. Kututup ya, sampai jumpa nanti!” Belum sempat Leo membalas ucapannya, Villa sudah menutup teleponnya. Leo hanya menghela napas.
“Oke, aku sudah sangat terlambat dan aku harus segera bergerak cepat!” gumamnya bersemangat. Tiba-tiba suatu ingatan melintas di otaknya.
‘Ah, ya. Apa dia akan mengingat hari ulang tahunku? Apa dia akan mengucapkannya?’ batinnya bertanya-tanya. Sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha mengusir itu dari pikirannya. Ia tak punya banyak waktu untuk itu, ia harus bergerak cepat kalau tidak mau membuat Villa menunggu lama.
~~X~~
Wangi maskulin merebak di udara. Cristiano mengeluarkan Ferrari dari garasinya dan bersiap menjemput Kaka. Setelah memastikan rumah tercintanya aman, Cristiano memacu kuda besi itu dengan cepat. Kacamata hitam bertengger di hidungnya, menampilkan kesan keren dan elegan.
Tak terasa Ferrari yang dia kemudikan sudah ada di depan rumah Kaka. Cristiano keluar dari mobilnya, kemudian memencet bel yang bertengger manis di dekat pagar. Tak lama kemudian, keluarlah orang yang sudah sangat ia nantikan.
“Hai, Cris, sudah lama disini?” sapa Kaka ramah. Ia memakai t-shirt berwarna krem dipadu dengan jeans abu-abu. Sepatu sport biru putih melekat di kakinya.
Cristiano melepas kacamata hitamnya, “Tidak juga, aku baru saja datang.” ucapnya. Ia memakai t-shirt putih dengan jeans biru gelap juga sepatu sport berwarna putih merah. Hampir sama dengan Kaka.
“Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat,” ajaknya sambil menggandeng lengan Kaka, menuntunnya masuk ke dalam Ferrari. Setelah menutup pintu, Ferrari itu melaju meninggalkan kediaman Kaka.
“Jadi, Cris, kita kemana?” tanya Kaka penasaran. Cristiano menoleh.
“Taman bermain. Well, memang kekanakan, tapi aku dengar disana ada wahana baru yang katanya memacu adrenalin kita. Aku tahu kau suka sesuatu yang membuatmu merasa tertantang, makanya kupikir aku akan mengajakmu kesana,” jelasnya, sesekali melirik ke depan.
“Taman bermain yang dekat Andalucia itu bukan? Aku juga mendengar ada wahana baru disana, tapi tidak tahu apa,” katanya.
“Yap, yang di dekat Andalucia itu. Itu wahana baru yang tadi kuceritakan padamu,” Cristiano mengangguk. Kaka tersenyum.
“Kau tahu sekali apa kesukaanku, ya.”
Cristiano hanya tertawa, “Kalau aku tidak tahu apa kesukaanmu, aku gagal untuk bisa berdiri di sampingmu.”
Pemuda Brasil itu tersipu. Ya, dirinya dan Cristiano saat ini menjalani suatu hubungan yang lebih dari sekadar teman dekat—mereka sangat dekat, dekat sekali. Seperti sepasang kekasih—kita sebut saja begitu.
Sepanjang perjalanan mereka berdua tiada hentinya berbicara dan tertawa bersama. Tentu saja, mereka sangat senang hari ini, karena hari ini adalah hari spesial mereka setelah sekian lama tidak bertatap muka.
Liburnya La Liga membuat mereka jadi jarang bertemu, apalagi Kaka juga pulang ke Brasil untuk menemui orang tuanya. Tapi sekarang disinilah mereka, di dalam Ferrari, menuju ke sebuah taman bermain terkemuka di daratan Spanyol. Selain untuk mencoba wahana baru, mereka juga ingin menikmati momen-momen kebersamaan mereka selama liburan.
~~X~~
“Leooo! Oooooh, Leooooo~” Villa memanggil Leo seperti orang yang memanggil seekor singa di iklan sebuah snack yang selalu mengatakan ‘lebih banyak lebih puas’(?). Mendengar suara orang yang ditunggunya sejak tadi, Leo buru-buru keluar rumah. Tepat saat membuka pintu, Villa sudah ada di depan matanya.
“Halo yang sedang berulang tahun, ayo kita pergi sekarang juga karena aku tidak ingin membuang waktu kita yang sangat berharga disini,” celoteh Villa sambil menarik lengan Leo mesra menuju BMW-nya. Leo tidak mengatakan apa-apa, wajahnya merona karena perlakuan istimewa Villa.
“Jadi, Leo, kau mau kemana? Aku turuti semua permintaanmu hari ini karena hari ini hari istimewamu,” tanya Villa riang. Senyumnya mengembang.
Leo berpikir sejenak, kemudian menjentikkan jarinya, “Aku mau kita pergi ke taman bermain Andalucia,” serunya, “aku dengar disana ada wahana baru dan kita harus mencobanya!”
Villa mengangguk-angguk, “Oke, taman bermain Andalucia, kami datang!”
BMW melaju dengan cepat, meninggalkan Barcelona menuju Andalucia. Villa dan Leo tidak sabar untuk menjajal segala macam wahana baru yang disediakan disana. Sepanjang perjalanan mereka mendiskusikan wahana apa yang akan mereka mainkan terlebih dulu. Sesekali Villa mencubit pipi Leo gemas yang dibalas dengan tinju pelan di lengannya. Canda tawa mereka memenuhi suasana di dalam BMW. Ah, betapa mesranya pasangan yang satu ini.
Dan mereka semua tidak tahu, kalau takdir akan mempertemukan mereka di tempat yang sama. Di taman bermain Andalucia.
~~X~~
Cristiano dan Villa memarkirkan mobil mereka di tempat parkir terpisah—Cristiano memarkirkan mobilnya di sebelah utara, sedangkan Villa di sebelah timur. Mereka sampai di Andalucia bersamaan, tapi mereka tidak menyadari hal itu, tentu saja.
“Oke, Kaka. Kau mau naik wahana apa?” tanya Cristiano saat mereka memasuki gerbang taman bermain. Di depan mata mereka, tersaji segala macam wahana—baik yang baru maupun yang lama—yang akan menghibur mereka. Kaka menunjuk wahana yang menjulang tinggi dan memiliki sirkuit berputar.
“Roller coaster,” ucap Kaka yakin, “kau mau? Apa jangan-jangan kau takut naik itu?” ledeknya. Cristiano mengacak rambutnya.
“Kalau aku takut, aku tak akan mengajakmu kesini,” tawanya, “ayo, kita naik!” Cristiano mengapit jemari Kaka dengan jemarinya menuju loket untuk membeli koin. Setelah membeli koin, mereka naik roller coaster.
“Kencangkan sabuk pengaman Anda, tuan-tuan,” seorang petugas mengingatkan. Cristiano dan Kaka mengangguk.
“Baik, roller coaster akan dimulai dalam hitungan sepuluh, sembilan, delapan...” seorang petugas lainnya memberi tahu lewat speaker. Dua pemain Real Madrid itu saling bertatapan, mereka tidak sabar.
“...tiga, dua, satu. Pengunjung sekalian, selamat menikmati!”
Selesai petugas itu berkata, roller coaster melaju dengan cepat. Teriakan dan jeritan mewarnai suasana. Cristiano dan Kaka tertawa-tawa riang. Tidak ada ketakutan tersirat di wajah mereka, tak peduli dengan lintasannya yang berkelok-kelok, naik turun, bahkan dengan kemiringan yang lumayan bikin jantungan.
Sementara itu, Villa dan Leo menatap dari bawah.
“Kau mau naik itu, Leo?” tanya Villa sambil menunjuk roller coaster yang sedang beroperasi. Leo mengangguk mantap.
“Oke, kita antri koin dulu dan tunggu sampai giliran kita.” Lalu dua sejoli itu berjalan menuju loket pembelian koin wahana itu. Villa dan Leo menunggu wahana itu selesai sambil bercanda-canda.
Akhirnya waktu Cristiano dan Kaka habis, giliran Villa dan Leo untuk naik. Takdir masih belum memberikan kesempatan mereka untuk bertemu, walau mereka ada di dalam satu wahana.
~~X~~
Cristiano dan Kaka duduk di dekat air mancur taman. Sesekali mereka mengipasi diri mereka dengan tangan. Keringat menetes dari dahi mereka.
“Cris, ini sangat menyenangkan! Yah, walau melelahkan,” ucap Kaka dengan mata yang berbinar-binar. Cristiano melengkungkan bibirnya.
“Aku tahu itu, dan aku tidak sia-sia mengajakmu kemari,” katanya, “wahana disini benar-benar keren! Aku baru kali ini naik wahana apa itu namanya? Tornado? Itulah pokoknya, itu sangat keren!”
Kaka mengangguk setuju, “Kau tahu, Cris, aku hampir mual naik wahana Tornado itu, tapi aku tidak akan menolak bila kau mengajakku naik itu sekali lagi,” sahutnya.
Mereka berdua membicarakan wahana-wahana yang sudah mereka naiki. Sesekali terdengar ledekan meluncur dari bibir keduanya, tapi tentu saja itu hanya candaan semata.
“Ohya, apa kau haus?” tanya Cristiano di sela-sela pembicaraan mereka. Kaka mengangguk.
“Mau kubelikan jus atau es krim?” tawarnya.
“Aku ingin jus, rasanya samakan saja denganmu,” kata Kaka. Cristiano mengangguk, lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Kaka.
“Jangan kemana-mana ya, aku tidak lama!” pesannya. Lagi, Kaka hanya mengangguk. Senyum manis terpampang di wajahnya yang rupawan.
.
Sementara itu, Villa dan Leo beristirahat di dekat wahana kora-kora.
“Aah, Leo, aku kapok naik Tornado, aku mual sekali!” keluh Villa. Tangannya memegang mulutnya, menahan diri mati-matian agar tidak muntah, apalagi di depan kekasihnya sendiri. Tentu saja, itu sangat tidak elit, bung.
“Tapi itu seru sekali, Villa!” seru Leo senang, “kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir, “aku akan membelikanmu minuman, deh. Mau minum apa?” tawarnya. Villa menggeleng.
“Tidak usah, aku saja yang akan membeli minuman. Aku juga ada urusan dengan tubuhku ini,” tolaknya sambil menunjuk perutnya. Leo tertawa kecil. Pasti Villa sudah tidak tahan dengan gejolak di perutnya.
“Ya sudah, kau belikan apa saja terserah kau, samakan saja dengan punyamu,” ucap Leo. Villa mengangguk, lalu segera berlari. Samar-samar terdengar teriakan, “Tunggu sebentar, ya!” yang dibalas Leo dengan gumaman, “Iya.”.
Sepeninggal Villa, Leo terdiam. Ingatannya melayang ke Portugal. Sosok seorang pemuda arogan memenuhi benaknya.
Leo tidak tahu mengapa, tapi bayang-bayang Cristiano selalu saja melayang-layang di otaknya. Bahkan dalam tidurnya, Cristiano selalu ada. Percaya atau tidak, dalam tidurnya semalam, dia hadir dalam mimpinya, membuatnya hampir saja melupakan janjinya dengan Villa. Dan sekarang ini, pemuda itu membuatnya galau.
‘Kuharap dia ada disini, mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Oke, aku berharap yang tidak-tidak. Argh, Cris, pergilah dari pikiranku! Kau mengacaukan hari bahagiaku!’ batin Leo frustasi.
.
Cristiano baru saja akan meninggalkan stan penjual jus buah kalau saja matanya tidak melihat seorang pemuda Argentina yang sedang duduk sendirian di dekat wahana kora-kora. Ia menyeringai tipis, kemudian melangkahkan kakinya menghampiri pemuda itu. Cristiano memposisikan dirinya di belakang pemuda itu, lalu membungkukkan badannya untuk mengecup pipi pemuda itu.
“Selamat ulang tahun, Leo. Wish you all the best,” bisiknya lembut.
Sontak Leo terkejut sambil memegangi pipinya. Suara ini... Cristiano? Leo membalikkan badannya untuk melihat siapa yang telah mencium pipinya.
Astaga, itu memang Cristiano!
“Ka-kau... ingat hari ulang tahunku?” tanya Leo tidak percaya. Cristiano mengangkat bahunya.
“Sebenarnya aku berusaha untuk tidak mengingatnya, tapi kau terus berseliweran di otakku,” jawabnya cuek, “bagaimana mau lupa kalau begitu caranya.”
Leo menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa mempercayai semua ini, ‘Cris... dia bilang aku terus berseliweran di otaknya... dia datang kemari dan mengucapkan selamat ulang tahun padaku... dia ingat ulang tahunku! Dia... apa dia rela jauh-jauh dari Portugal kemari hanya untuk mengucap itu padaku? Sendirian?’ batinnya bertubi-tubi, ‘apa dia menyukaiku?’ Entah mengapa, di hatinya seperti tumbuh bunga kecil yang mewakili harapannya.
“Jangan ge-er. Aku kemari bersama Kaka. Aku membelikannya minuman dan ketika aku ingin kembali, aku melihatmu sendirian disini. Kurasa mengucapkan langsung ke orangnya lebih baik daripada harus mengirim sms. Lagipula, aku bisa melihat seperti apa ekspresi orang yang kuberi ucapan selamat itu,” jelas Cristiano, seperti bisa membaca pikiran Leo. Kalimat di awal itu membuat bunga kecil di hati Leo terasa seperti ditiup angin kencang. Menghilang, seperti harapannya yang pupus seketika.
“Mana Villa? Kenapa tidak ada di sampingmu?”
Leo menatap kosong wahana kora-kora. “Dia pergi membelikanku minuman, sama sepertimu,” jawabnya pelan. Cristiano hanya menggumam “Oh.”
“Baiklah kalau begitu, aku pergi ya. Kaka pasti sudah sangat kehausan, aku membuatnya menunggu lama. Baik-baik disini ya, semoga hubunganmu dengan Villa langgeng selamanya, heheheh. Maaf ya aku tidak memberimu hadiah, kau anggap saja ciuman di pipimu itu hadiah spesial dariku untukmu. Semoga kita bertemu lagi di lain waktu, Leo. Adios!” Selesai berkata begitu, Cristiano pergi meninggalkan Leo yang menatapnya nanar dari kejauhan. Saat itulah Villa datang membawa dua gelas jus di tangannya.
“Leo, maaf membuatmu menunggu lama, kau tahu, antriannya sangat panjang!” kata Villa panik, ia takut orang yang ia sayangi itu marah. Leo tidak merespon, matanya masih mengikuti Cristiano, sampai akhirnya punggung pemuda itu tidak terlihat lagi di matanya.
Villa makin panik saat Leo diam saja. “Leo, Leo, maaf yaaa, aku benar-benar minta maaf!” serunya. Leo terhenyak, lalu menatap Villa yang entah bagaimana sudah berlutut di depannya. Leo menggaruk kepalanya bingung.
“Eh, ah, iya iya Villa, sudahlah, aku tidak marah padamu, kok. Aku minum ya jusnya,” katanya mencoba menenangkan Villa. Villa bernapas lega.
“Ah, kukira kau marah padaku karena kelamaan menunggu.” Leo hanya menggeleng seraya memamerkan senyum manisnya. Villa lalu memeluk Leo erat. Leo membalas pelukannya.
‘Cristiano, aku tidak tahu kenapa, tapi terima kasih atas doamu tadi, walau ada yang tidak sesuai dengan harapanku, bahkan kau terkesan menghancurkannya,’ batin Leo.
Sementara itu...
“Maaf menunggu lama, ini punyamu,” Cristiano menyodorkan minuman itu kepada Kaka yang diterimanya dengan senang hati.
“Kau habis darimana? Kok lama?” tanyanya. Cristiano hanya tersenyum sambil mengacak rambut orang yang disukainya itu.
“Tadi ada urusan, tapi untungnya sudah selesai dan itu tidak akan mengganggu waktu kita,” jawabnya singkat.
‘Maaf aku membohongimu, Kaka. Aku baru saja bertemu dengan seseorang yang hampir saja menggantikanmu di hatiku. Tapi tentu saja itu tak akan terjadi, dan tak akan kubiarkan terjadi,’ batin Cristiano. Tentu saja itu tidak akan dikatakannya, biarlah itu menjadi rahasianya sendiri.
‘Selamat ulang tahun, Leo. Kuharap kau berbahagia dengan pilihanmu.’
---END---
.
.
.
...inilah hasil fic yang ngebut dibikin selama kurang lebih 3 jam, ancur banget! Gue tau ini si Messilla OOC parah, apalagi si Villa. Aduuuuh, gue nggak mau tau ah! Bodobodobodobodobodobodobodobodobodooooooooo! Abisnya di kepala gue adegan mereka yang bener-bener menurut gue sangat mengesankan gue ya adegan di atas itu! Nggak tau deh menurut elu pada, gue nggak tau apa-apa dan nggak mau tau apa-apa, oke? Gue capek, gue mau istirahat dan gue nggak mau edit ulang /dikeroyokin
Terus ini bener-bener romens khas indon ya? Gampang banget ketebaknya, ya ampuuuuuun, aaaaaaaaargh! /frustasi /makan jempol gajah dan gue nggak peduli ama ekspektasi kalian, sebenernya ada apa di antara Cris sama Leo, apa mereka sama-sama suka atau Leo yang suka atau Cris yang suka, aduh gue juga nggak tau /dih /lu penulisnya woy gue nggak tau perasaan mereka berdua gimana, gue cuma nulis doaang! Kecuali perasaannya Cris sama Kaka, beuh, itu mah gue udah apal banget dari jaman gue masih kandungan /halah /mpret dan gue ngasih judul gilaaaa asal banget, gue nggak tau mau ngasih judul apaan, masa iya gue kasih judul Blessed Friday lagi, orang udah jelas ultahnya hari Minggu. Blessed Sunday? OTEBE! /heh ini gue gatau siapa ngarepin siapa, gue gatau, bener-bener gatauuuuuuuu! /kabur ke Sevilla nyusul Kak Ibi
Feliz cumpleanos Messi~ langgeng ama Villa yaaaa. Gue nggak mau doain elu, ngapain, elu aja nggak pernah doain gue gitu geh /heh udahlah, pokoknya anything worst best for you, laaah!~
Oyaa, next project ada RvPIbiBoula sama BoulaIbi on vacation, nih! Mau mana dulu yaaa? Ada usulan? :3
Review? Komen? Konkrit? Ungkapin aja, bro!
Sekian dan terimakasih atas waktunyaaaa.
Adios!~
aloooo, tesutoo
BalasHapus